Merasa cuaca sangat panas akhir-akhir ini? Hati-hati “heat stroke”

Jakarta (ANTARA) – BMKG mencatat suhu udara siang hari di sejumlah daerah di Indonesia terasa lebih panas dari biasanya, suhu maksimum dapat mencapai 37 derajat Celcius sejak 19 Oktober lalu. Bahkan di Makassar tercatat suhu paling tinggi hingga 38 derajat Celcius.

Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, di mana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 derajat Celcius.

Kondisi ini diperkirakan akan terus terjadi hingga beberapa waktu ke depan.

heat stroke

Gangguan kesehatan yang perlu diwaspadai saat cuaca panas di antaranya adalah dehidrasi hingga “heat stroke”.

“Gangguan kesehatan yang paling sering terjadi dengan perbedaaan suhu dan kelembaban ini adalah terjadinya dehidrasi. Jika dehidrasi terus berlanjut disertai terpapar panas yang terus menerus maka akan berlanjut menjadi heat stroke, suatu gangguan kesehatan yang bisa berakibat kematian,” kata akademisi sekaligus praktisi Prof Dr.dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB pada ANTARA, Rabu.

Heat stroke merupakan kegagalan tubuh untuk melakukan pendinginan baik dengan cara berkeringat atau penguapan dari kulit akibat suhu panas sekitar.

“Kondisi heat stroke akan menyebabkan suhu tubuh naik sampai diatas 40 derajat Celsius disertai terjadinya penurunan kesadaran,” kata Ari.

gejala

Gejala awal heat stroke berupa suhu permukaan tubuh yang tinggi bisa mencapai lebih dari 40 derajat Celcius, kemerahan pada kulit, keram otot, sakit kepala, rasa haus yang sangat, lelah tidak bersemangat, keringat yang berlebihan dan buang air kencing yang berubah menjadi keruh dan kuning.

“Gejala dan tanda awal ini harus dikenali oleh masyarakat dalam mengantisipasi cuaca panas saat ini di kota-kota besar di Indonesia,” kata Ari.

Mereka yang berisiko mengalami heat stroke di antaranya orang berusia lanjut dan mempunyai penyakit kronik antara lain penyakit kencing manis, gangguan jantung dan paru merupakan kelompok berisiko untuk mengalami heat stroke.

Selain suhu lingkungan yang ekstrem, spesialis penyakit dalam RS Pondok Indah – Puri Indah dr Muhammad Ikhsan Mokoagow MMedSci SpPD FINASIM mengatakan heat stroke juga bisa dipicu oleh aktivitas fisik yang berat.

“Pada kondisi akibat suhu lingkungan yang tinggi, tubuh mungkin tidak berkeringat, namun pada kelelahan fisik yang berat justru akan berkeringat hebat karena tubuh berusaha mengeluarkan panas dari dalam. Bahayanya bisa terjadi kerusakan otot tubuh, kejang, gangguan fungsi ginjal, dan bahkan dapat berakibat kematian,” kata Ikhsan.

Baca juga: Pakai baju gelap atau terang saat cuaca panas?

agar terhindar

Untuk menghindari heat stroke, dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi air di saat cuaca panas.

“Harus minum air putih yang banyak agar tidak dehidrasi yang akan memperburuk kesehatan akibat udara panas ekstrim. Hindari minuman yang mengandung kafein seperti kopi karena justru akan memperberat dehidrasi. Jika buang air kecil kita menjadi lebih keruh dan berwarna kuning pekat hal ini merupakan tanda bahwa kita harus meningkatkan untuk mengonsumsi air,” kata Ari.

Selain itu, hindari paparan suhu lingkungan yang tinggi dalam jangka waktu yang lama.

“Jangan lupa pakai pelindung seperti topi atau payung saat beraktivitas di luar ruangan, hindari aktivitas fisik berlebihan di saat panas lingkungan yang tinggi serta perbanyak banyak minum air termasuk yang mengandung elektrolit terutama bila tubuh berkeringat banyak,” kata Ikhsan.

Baca juga: Dokter ingatkan calon haji waspadai “heat stroke”
Baca juga: Jamaah haji Indonesia dan “heat stroke”
Baca juga: Banyak jamaah “heat stroke”, PPIH bilang pasokan air cukup

Oleh Ida Nurcahyani
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2019

CATEGORIES
Share This

COMMENTS

Wordpress (0)
Disqus ( )