Jakarta (ANTARA) – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore melemah menembus level Rp14.000 per dolar AS dipicu sentimen wabah Virus Corona baru atau COVID-19.
Rupiah ditutup melemah 85 poin atau 0,61 persen menjadi Rp14.025 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp13.940 per dolar AS.
“Dampak melambatnya ekonomi global akibat epidemi Virus Corona yang terus menyebar ke berbagai negara, maka hampir pasti Indonesia mengalami perlambatan ekonomi,” kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Kamis.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun 2020 kemungkinan berada di bawah 5 persen. Sedangkan untuk keseluruhan 2020, BI mengubah proyeksi dari 5,1-5,5 persen menjadi 5-5,4 persen.
Menurut Ibrahim, guna menanggulangi dampak wabah COVID-19 tersebut, maka Pemerintah dan Bank Indonesia harus memperkuat stabilitas ekonomi dengan cara melakukan strategi bauran kebijakan baik moneter, fiskal, maupun yang lainnya, sehingga bisa meningkatkan kepercayaan pasar terhadap perekonomian dalam negeri.
Selain itu, BI hari ini kembali melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).
“Intervensi yang dilakukan oleh BI tidak bisa membawa mata uang Garuda menguat, namun apa yang di lakukan oleh bank sentral tersebut sudah memberikan upaya maksimal untuk menahan laju pelemahan mata uang rupiah,” ujar Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp13.934 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.934 per dolar AS hingga Rp14.025 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis menunjukkan rupiah melemah menjadi Rp14.018 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.966 per dolar AS.