Jakarta (ANTARA) – Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto menyebutkan sedang menyiapkan rekomendasi menghadapi situasi kenormalan baru di tengah pandemi COVID-19 yang menuntut banyak sektor harus beradaptasi, tidak terkecuali bidang keinsinyuran.
“Sekarang banyak hal berubah. Insinyur sebagai kalangan cerdik cendekia wajib memberi kontribusi konkret dalam kehidupan masyarakat kini di masa pandemi dan nanti. Di sinilah, insinyur harus berperan dan berinovasi agar dalam situasi apapun kita semua siap beradaptasi,” kata Heru, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Minggu.
Di tengah situasi pandemi saat ini, kata dia, banyak sektor harus beradaptasi, termasuk berbagai bidang keinsinyuran yang juga dituntut memberi kontribusi nyata untuk membantu masyarakat menghadapi kondisi normal baru.
Baca juga: PII terus dorong lebih banyak anak muda jadi insinyur
“Skema kondisi normal baru ke depan telah dipaparkan dalam 23 bidang keinsinyuran PII pada focus group discussion (FGD) secara daring yang diikuti hampir 400 peserta,” katanya.
Secara khusus, Heru menyoroti pentingnya identifikasi normal baru di setiap bidang, sekaligus mempersiapkan masyarakat untuk menghadapinya.
“Ini FGD yang holistik dari A sampai Z, di mana PII dan seluruh bidang keinsinyuran melakukan identifikasi, apa yang terjadi sekarang, apa yang terjadi pasca-pandemi, apa tantangannya bagi pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, juga bagaimana cara beradaptasi di setiap bidang keinsinyuran itu, sekaligus tentu saja apa peluang di masa depan dari berbagai tantangan yang kita hadapi sekarang ini,” katanya.
Baca juga: Insinyur tunjukkan prototipe ventilator buatan Tesla di YouTube
Peran insinyur, kata dia, diharapkan bisa membantu mempersiapkan masyarakat agar lebih siap menjalani masa pandemi dan melanjutkan kehidupannya agar lebih baik.
Menanggapi hal tersebut, Heru menegaskan komitmen PII dan seluruh insinyur Indonesia siap membantu sehingga hasil FGD tersebut akan disusun menjadi sebuah rekomendasi ilmiah yang akan diserahkan kepada pemerintah, dunia usaha, akademik, dan masyarakat.
“Hasil FGD ini akan menjadi pembelajaran penting sekaligus juga menata ulang pondasi bidang-bidang keinsinyuran untuk mampu beradaptasi dengan kondisi normal baru nanti. Tentu, termasuk skema dan prioritas anggaran juga harus berani berubah, karena kita masuk fase normal baru yang sama sekali beda dengan kondisi sebelumnya,” katanya.
Baca juga: Menristek optimistis Indonesia jadi negara maju melalui engineering
FGD tersebut juga menghadirkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga menjabat Ketua Dewan Penasihat PII Airlangga Hartarto yang menyoroti kehidupan normal baru di masyarakat, termasuk kehidupan berekonomi yang menyesuaikan dengan penyakit, kemampuan beradaptasi dengan penyakit dan cara penanganannya.
Beberapa pejabat eselon I dari berbagai kementerian terkait dalam FGD itu juga menekankan pentingnya kejelian melihat berbagai peluang dalam masa yang menantang ini.
“Insinyur Indonesia harus mampu mengubah semua tantangan sekarang ini menjadi potensi dan peluang-peluang baru di masa depan,” kata Heru.
Sejalan dengan Heru, Wakil Ketua Umum PII Danis Hidayat Sumadilaga menyampaikan bahwa konsep “smart city” di masa depan jangan diartikan hanya terkait teknologi informasi saja, tetapi juga harus mencakup “smart economy”, “smart government”, “smart mobility”, dan “smart living” dalam perancangannya.
“Belajar dari kondisi pandemi ini, ke depan perencanaan pengembangan kota harus bisa memastikan kesediaan sarana dan prasarana medis yang sesuai dengan standar kesehatan. Bahkan, ruang terbuka hijau dan ruang komunitas kelak harus didesain untuk dapat difungsikan pada kondisi darurat seperti penyimpanan obat, sosialisasi bencana,” kata Danis yang juga Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2020