Ternate (ANTARA) – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Ternate, Maluku Utara (Malut) menyatakan, permintaan stok daging sapi di Ternate berkurang, karena banyaknya pedagang dari luar Malut yang membeli sapi ke Pulau Halmahera.
Ketua TPID Kota Ternate, Tamrin Alwi di Ternate, stok daging sapi segar dikeluhkan karena minat pembeli per hari begitu tinggi, sehingga pedagang daging sapi harus menyiapkan 1.200 kg per hari.
Sedangkan sapi dari Halmahera sudah mulai berkurang sebab, pembeli dari luar Malut membeli dengan harga yang begitu tinggi. Bahkan ternak sapi perempuan pun dijual.
Dia mengakui, adanya usulan Pasar Ternak dari Dinas Pertanian Kota Ternate selalu dipangkas Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TPAD), sehingga Kota Ternate krisis daging sapi segar.
Hal ini dikarenakan TPID selalu bertumpu pada sapi Halmahera, sedangkan sapi di pulau tetangga sudah dibeli oleh pedagang dari luar Malut dengan harga yang begitu tinggi.
Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan jalur koordinasi dengan TPID Provinsi untuk mencegah pembelian dari luar Malut. Bayangkan, sapi yang dijual di tahun 2019 mencapai 3000 ekor.
“Sebaiknya, TPID Malut harus melakukan jalur koordinasi dengan serius agar ekonomi bisa stabil, kemudian TPID Malut harus berkoordinasi dengan TPID se provinsi,” katanya.
Sementara itu, terkait dengan usulan anggaran dari Dinas Pertanian tentang ternak sapi, pada pecan lalu sudah dilakukan pembebasan lahan di Kelurahan Sula Madaha, tetapi ketersediaan dana masih terbatas dan akses ke lokasi bertabrakan dengan pemilik lahan lainnya.
Dia menambahkan, harga transportasi juga ikut naik terutama tiga kapal lintas Manado-Ternate khususnya kapal Alsudais, Permata Bunda, dan Permata Obi, karena kenaikan muatan kapal perkoli Rp 25 ribu dan hal ini, membuat pedagang cemas dengan kenaikan harga barang di tiga kapal ini.
“Kami akan melakukan koordinasi dengan TPID Kota Manado untuk membatasi kenaikan harga muatan di tiga Kapal ini, karena sangat mengganggu perekonomian Ternate,” ujarnya.
Menurut dia, Kota Ternate membutuhkan tomat sebanyak 5-6 Ton perhari, cabai 2-3 ton perhari, dengan angka ini, pastinya petani bulanan Ternate tidak sanggup menyediakan angka sebanyak yang dibutuhkan masyarakat.
“Dengan kondisi seperti ini, kami butuh kerjasama antar daerah yaitu Halmahera Utara, Halmahera Barat, dan kabupaten/kota lainnya, sehingga harus diutamakan persoalan pangan,” katanya.