Jakarta (ANTARA) – Volvo Cars melaporkan bahwa penjualan ritel pada Mei sejumlah 45.952 unit, turun 28,3 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu, kecuali untuk kendaraan listrik (EV).
Pada Mei pangsa mobil listrik sepenuhnya tumbuh dari tahun lalu menjadi 7,9 persen, dengan penjualan model Recharge (listrik) mewakili 33,6 persen dari total penjualan, meningkat 10 poin persentase dibandingkan dengan bulan yang sama 2021.
“Selama Mei, penguncian terkait COVID-19 di China timur terus menambah lebih banyak tekanan pada rantai pasokan global yang sudah ‘tegang’, yang mengakibatkan ‘hilangnya’ produksi,” kata Volvo dalam pernyataan resmi belum lama ini.
Namun demikian, Volvo melihat belakangan ini ada tanda-tanda peningkatan pasokan seiring pelonggaran pembatasan terkait COVID-19 secara bertahap, sehingga memungkinkan peningkatan volume produksi.
Pesanan mobil full electric Volvo terus meningkat. Namun, penguncian telah berdampak pada produksi mobil listrik penuh pada kuartal kedua dan ini akan berdampak negatif pada pangsa mobil listrik yang dikirimkan pada kuartal ketiga.
Penjualan Eropa untuk Mei mencapai 18.752 unit, turun 24,3 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Penjualan mobil Recharge menyumbang 47 persen dari total penjualan di wilayah tersebut selama bulan yang sama.
Penjualan Volvo Cars di AS untuk bulan ini mencapai 9.372, turun 29,1 persen dibandingkan dengan Mei tahun lalu, dengan model Recharge menyumbang 35,7 persen dari total penjualan.
Penjualan China turun 43,8 persen pada Mei menjadi 9.488 mobil dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.
Model terlaris Volvo Cars untuk bulan ini adalah XC60 dengan penjualan 15.177 mobil (2021: 19.835 unit), diikuti XC40 dengan 12.097 mobil (2021: 20.350) dan XC90 dengan 8.790 mobil (2021: 9.962 unit).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Penjualan Volvo turun hampir 30 persen Mei, kecuali model EV