Kupang (ANTARA) – Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr Ahmad Atang, menilai sikap Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) membuka diri untuk kekuatan politik lain bergabung sebagai sebagai terobosan dalam membangun budaya politik santun.
“Langkah KIB membuka diri ini sebuah terobosan politik dengan membangun budaya politik santun tanpa mengejar kekuasaan yang berlebihan,” kata dia, ketika dihubungi di Kupang, Senin.
Baca juga: Politik kemarin, silaturahmi KIB hingga calon perempuan untuk DKPP
Ia mengatakan hal itu menanggapi sikap KIB yang terdiri dari Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang menyatakan membuka diri bagi kekuatan politik lain untuk bergabung.
Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto, menegaskan KIB masih sangat terbuka dengan bergabungnya partai politik lain untuk bersama-sama dalam KIB.
“Kami menyadari bahwa membangun bangsa ini tidaklah dapat dilakukan hanya oleh satu golongan atau sendiri-sendiri,” kata dia, saat menyampaikan pidato dalam acara Silaturahim Nasional Koalisi Indonesia Bersatu di Jakarta, Sabtu (4/6).
Baca juga: PAN: Penentuan pasangan capres-cawapres di KIB tidak melalui “voting”
Atang menilai KIB secara politik akan mengusung isu politik jalan tengah untuk mengakhiri polarisasi politik identitas yang berbasis Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA).
Menurut dia, pertarungan politik nasionalis dengan politik religiusitas dalam praktik demokrasi di era reformasi di Indonesia sangat melelahkan.
Kehadiran KIB telah merepresentasikan dua kekuatan tersebut sehingga politik gagasan yang dibangun oleh KIB telah menemukan momentum dalam rangka mengakhiri transisi demokrasi.
Baca juga: Pengamat: Silaturahim KIB untuk menaikkan posisi tawar politik
Gagasan besar ini disadari betul oleh KIB bahwa jika hanya mengandalkan tugas kekuatan partai politik, maka secara elegan KIB telah membuka diri bagi kekuatan politik lain untuk bergabung.
Sikap KIB ini memberikan isyarat bahwa KIB sedang mengembangkan politik egalitarianisme, karena setiap kekuatan politik mempunyai kesempatan yang sama untuk membangun bangsa ini.
“Bagi saya, ini merupakan sikap politik KIB yang berorientasi akomodatif bukan politik menang-kalah dalam tradisi demokrasi liberalisme,” katanya.
Baca juga: Tiga ketua umum parpol tandatangani nota kesepaham KIB
Ketika partai lain sedang membangun koalisi dan mencari figur capres, justru pada saat yang sama KIB tidak sedang terjebak oleh pragmatisme politik akan tetapi lebih menekankan visi KIB.
“Ini langkah politik yang didorong pada keinginan membangun budaya politik santun tanpa ambisi mengejar kekuasaan yang berlebihan,” katanya.
Ia menambahkan Partai Golkar sebagai partai dominan dalam koalisi telah mengambil peran dalam membuka diri bagi siapapun yang memiliki visi yang sama dengan KIB untuk bergabung.
Baca juga: Achmad Baidowi: KIB bisa mengusung capres dan cawapres
“Orientasi KIB bukan siapa figur calon presiden (capres) yang diusung tapi visi apa yang diusung. Siapapun capresnya jika visi digodok secara matang sebagai gagasan Indonesia masa depan, maka akan mudah menemukan figur untuk membawa visi KIB, bukan sebaliknya mencari figur tanpa visi,” katanya.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2022