Timika (ANTARA) – Kepala Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Marthinus Nuboba menyebut warga perkampungan sekitar Kota Tembagapura seperti Banti, Opitawak, Utikini, Kimbeli dan Kali Kabur kesulitan mendapatkan pasokan bahan kebutuhan pokok dan pelayanan kesehatan semenjak Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) kembali menduduki kawasan itu dan melakukan teror penembakan beberapa hari terakhir.
Kondisi itulah yang memicu warga Banti dan sekitarnya itu meminta aparat keamanan mengevakuasi mereka ke Timika mulai Jumat (6/3) hingga Sabtu dini hari.
Tercatat lebih dari 900 warga yang mayoritas merupakan ibu-ibu, anak-anak dan para lansia dari Distrik Tembagapura itu telah dievakuasi ke Timika menggunakan armada bus karyawan PT Freeport Indonesia.
“Di sana mereka kesulitan mendapatkan makanan, demikian juga pelayanan kesehatan sekarang ini tidak bisa diberikan setelah mulai ada lagi kasus penembakan di sekitar Banti dan Utikini. Makanya masyarakat meminta untuk diturunkan ke Timika,” kata Nuboba di Timika, Sabtu.
Ia mengatakan sebagian besar warga yang meminta dievakuasi ke Timika itu bermata pencaharian sebagai pendulang butiran emas di Kali Kabur.
“Terbanyak yaitu warga pendulang. Mereka itu rata-rata punya rumah di Timika atau menumpang tinggal di rumah kerabat mereka di Timika. Mereka naik ke Banti Tembagapura untuk mendulang. Setelah ada kejadian penembakan sekarang ini, mereka minta diturunkan kembali ke Timika. Kalau orang asli dari Banti dan Opitawak, diperkirakan tidak seberapa banyak,” ujar Nuboba.
Ratusan warga tersebut, katanya, berjalan kaki dari Banti, Opitawak, Kimbeli, Utikini dan Kali Kabur menuju Kantor Polsek Tembagapura yang berada di luar Kota Tembagapura, tepatnya di area jalan poros menuju Kampung Banti.
Sambil menggendong anak yang masih kecil, sebagian lagi memikul tas noken yang berisi pakaian dan alat-alat rumah tangga, ibu-ibu dan para lansia itu nekad berjalan kaki sekitar tiga hingga lima kilometer dari Kampung Banti dan sekitarnya menuju Mapolsek Tembagapura untuk dapat menumpang armada bus PT Freeport yang telah disiapkan untuk mengangkut mereka ke Timika.
Perjalanan yang berisiko tinggi melintasi ruas jalan dari Banti menuju Kantor Polsek Tembagapura itu sebab dalam beberapa hari terakhir Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) sering melakukan teror penembakan terhadap kendaraan patroli aparat yang melintasi kawasan itu.
“Bus Freeport menunggu di Kantor Polsek Tembagapura. Masyarakat berjalan kaki dari Banti sampai di Kantor Polsek Tembagapura. Saya yakin tentu kondisi ini menimbulkan traumatis bagi warga. Kejadian seperti ini sudah kali kedua setelah bulan Oktober tahun 2017,” kata Nuboba.
Ia berharap situasi keamanan di sekitaran Kota Tembagapura itu bisa secepatnya pulih agar warga bisa melakukan aktivitas mereka kembali tanpa rasa takut dan terancam oleh keberadaan KKSB.
Komandan Kodim 1710 Mimika Letkol Inf Pio L Nainggolan mengatakan mengingat warga yang dievakuasi dari Distrik Tembagapura ke Timika memiliki kerabat dan sebagian lagi memiliki rumah sendiri di seputaran Kota Timika, maka Pemkab Mimika tidak menyediakan tempat penampungan khusus.
“Tidak ada penampungan khusus bagi warga yang dievakuasi dari Tembagapura. Kami hanya membantu mengevakuasi mereka, ini bukan pengungsian,” kata Letkol Nainggolan.
Ia mengakui akses warga Banti dan sekitarnya untuk mendapatkan suplai bapok maupun fasilitas kesehatan beberapa waktu terakhir terputus setelah kehadiran KKSB dari luar wilayah Kabupaten Mimika ke kawasan sekitar Kota Tembagapura.