Makassar (ANTARA) – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Sulawesi Selatan mendorong pemerintah menyiapkan dokter ahli jiwa bagi pasien COVID-19 untuk berkonsultasi agar tidak stres selama menjalani perawatan maupun proses penyembuhan.
Ketua IDI Sulsel, dr Ichsan Mustari di Makassar, Selasa menyampaikan dokter ahli jiwa dianggap perlu untuk menyemangati dan menenangkan pasien COVID-19.
“Kami di IDI mendorong dokter ahli jiwa melakukan sosialisasi untuk menenangkan pasien, memberi semangat bahwa ini bukan hanya kita tapi hampir di semua negara,” ujarnya.
Ichsan Mustari yang juga Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan mengemukakan bahwa upaya ini cukup efektif untuk memberikan dukungan psikologis kepada pasien, khususnya penderita COVID-19 yang tidak bisa ditemui keluarganya.
“Penting menjelaskan kepada mereka juga bahwa banyak penderita yang bisa sembuh, jadi bisa menenangkan mereka agar tidak begitu khawatir menghadapi penyakit ini,” ujarnya.
Sebagai Juru Bicara Penanganan COVID-19 di Sulsel, ia menyampaikan langkah-langkah serupa telah dilakukan Pemprov Sulsel melalui pemanfaatan media sosial yakni video yang dipertontonkan ke para pasien yang tengah dirawat di rumah sakit.
Selain itu, video terkait COVID-19 juga telah dikirim ke sejumlah hotel sebagai tempat karantina para ODP (Orang Dalam Pengawasan) dan PDP (Pasien Dalam Pengamatan) maupun pasien positif kategori OTG (Orang Tanpa Gejala).
Sementara itu, Humas RSKD Dadi, Yunus Paraya mengemukakan pihak RSKD Dadi sebagai salah satu tempat rujukan COVID-19 menyediakan call center bagi pasien untuk berkonsultasi dengan dokter ahli jiwa yang dimiliki rumah sakit ini.
Bukan itu saja, RSKD Dadi juga menyiapkan kegiatan luar ruangan secara rutin tiga kali sepekan untuk mengusir rasa bosan para pasien COVID-19.
Pada rumah sakit ini telah dilakukan terapi dan senam kebugaran bagi pasiennya sebagai inisiasi pihak rumah sakit yang dinilai bisa mempercepat kesembuhan pasien COVID-19.
“Kegiatan itu sebagai upaya mengatasi kejenuhan pasien yang harus berada di ruang isolasi dengan aktivitas monoton sedikitnya 14 hari masa inkubasi virus,” ujarnya.
Apalagi, lanjut Yunus, proses isolasi yang mengharuskan tidak ada kontak dari luar menyebabkan kejenuhan dan bisa memicu stres bagi pasien COVID-19. Secara otomatis, kondisi ini akan mengakibatkan imunitas pasien menurun.
“Sejauh ini mereka (pasien COVID-19) begitu antusias, bahkan mereka yang meminta sendiri dan durasinya diperpanjang. Ada juga yang menghendaki dilakukan tiap hari. Tetapi kan ini tidak boleh juga, jangan sampai mereka kecapekan,” ujarnya.
Terapi dan senam kebugaran dilakukan tiga kali setiap pekan di lantai 4 gedung pusat stroke, sebagai bangunan yang digunakan untuk merawat pasien terkait COVID-19.