Lebak (ANTARA) – Produksi kerajinan gitar merk “Guitars Gore” di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten diminati pasar sehingga mampu menyumbangkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat.
“Kami memproduksi gitar itu untuk membantu lapangan pekerjaan masyarakat pedesaan agar tidak bekerja ke luar daerah,” kata Ujang Iwan (35) seorang perajin warga Desa Lebak Pariang Kabupaten Lebak,Minggu.
Produksi gitar bermerk “Guitars Gore” yang dirintis sejak 2013 itu kini mampu menembus pasar domestik dan luar negeri.
Permintaan gitar tersebut juga kalangan artis, group band lokal hingga koleksi pribadi.
Bahkan, pihaknya kini menyelesaikan pesananan dari Institut Seni Padang Panjang (ISPP) Sumatera Barat sebanyak 20 unit.
Selain itu juga permintaan luar negeri dari komunitas seni Tokyo Jepang telah memesan sebanyak 10 unit.
Permintaan “Guitars Gore” cenderung meningkat dan belum lama ini artis pedangdut juara D’Academy 2 dan 4 Indosiar Irwan dan Rafi Imbal membeli sebanyak empat unit.
“Kami merasa senang produk gitar klasik dan elektrik diminati masyarakat hingga artis itu,” katanya.
Menurut dia, kerajinan gitar tersebut lokasinya tidak begitu jauh dengan permukiman masyarakat Badui di Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak.
Produksi “Guitars Gore” memiliki kualitas dan tidak kalah dengan produksi pabrikan,meskipun proses pembuatannya menggunakan peralatan manual.
Namun, pihaknya juga mengapresiasi produksi “Guitars Gore” mendapat penyertaan modal dari Dana Desa (DD) untuk membeli peralatan agar produksinya lebih banyak.
Harga “Guitars Gore” bervariasi mulai Rp800.000 untuk gitar akustik hingga menembus Rp5 juta/unit untuk gitar elektrik.
Karena itu, kata dia, banyak permintaan pasar untuk membeli “Guitars Gore” dengan harga terjangkau dan berkualitas.
“Kami selama dua bulan terakhir ini merasa kewalahan melayani pesanan itu hingga mendapat omzet Rp50 juta,” katanya.
Ia juga mengatakan, selama ini permintaan pesanan tetap produksi “Guitars Gore” dari kebanyakan Jakarta,Bogor hingga luar Pulau Jawa.
Sedangkan, permintaan luar negeri masih relatif kecil.
Pihaknya juga memasarkan produk gitar merk “Guitars Gore” itu melalui media sosial, seperti instagram, facebook, youtube dan twitter.
Kerajinan gitar itu melibatkan pekerja dari masyarakat setempat dan mampu memproduksi antara 30-50 unit per bulan.
“Kami mengutamakan kualitas agar “Guitars Gore” ini dapat menembus pasar domestik dan mancanegara,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Dedi Rahmat mengatakan pemerintah daerah terus mempromosikan produksi kerajinan “Guitars Gore” melalui pameran maupun ajang lainnya.
Pemerintah daerah juga setiap tahun menampilkan kerajinan gitar “Guitars Gore” pada pameran Pekan Raya Jakarta.
Produksi kerajinan gitar di pedalaman Kabupaten Lebak tentu secara langsung membantu pemerintah daerah khususnya penyerapan lapangan pekerjaan juga mampu mengatasi kemiskinan.
Saat ini, produksi gitar tersebut tumbuh dan berkembang hingga menyerap puluhan tenaga kerja baru bagi masyarakat.
Karena itu, pemerintah daerah selalu membantu memasarkan produk “Guitar Gore” tersebut.
“Kami pada hari jadi Lebak akan menampilkan produksi “Gitar Gore” itu melalui pameran,” katanya.