Jakarta (ANTARA) – Pengamat politik, Abi Rekso berpendapat tingginya elektabilitas PDI Perjuangan di sejumlah lembaga survei menandakan menguatnya pemilih nasional kepada partai berlambang banteng moncong putih itu.
“PDIP memiliki sosok pemimpin yang kuat, Megawati Soekarnoputri,” kata Abi Rekso, di Jakarta, Sabtu.
Sekjen Pergerakan Indonesia ini menyebutkan, bila ditinjau dari kenaikan PDIP yang sangat signifikan, juga dipengaruhi oleh faktor kaderisasi partai dan banyaknya tokoh partai yang popular, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan lainnya.
Sementara, kata dia, PAN sebagai partai berbasis agama malah elektabilitasnya menurun. Ini menandakan PAN banyak ditinggalkan oleh kader dan calon pemilihnya.
“PAN mengalami krisis ketokohan. Selama ini Amien Rais selalu ingin menjadi tokoh sentral. Meski gagal, justru Amin Rais malah memperparah dengan berniat membuat PAN Reformasi,” ujarnya.
Melihat kondisi tersebut, Abi Rekso menilai, PAN telah gagal melahirkan ketokohan yang kuat dan visioner. Sementara itu PDIP diprediksi akan menjadi partai pemenang pada Pemilu 2024.
“Jika pola partai dengan berbasis agama seperti PAN telah gagal melahirkan ketokohan yang kuat dan visioner. Bisa-bisa masa depan PAN sebagai sebuah partai akan suram. Di waktu yang sama PDIP semakin optimistis dalam memenangkan 2024, di bawah kepemimpinan Ibu Mega yang dinilai sukses,” ucapnya.
Sebelumnya, dalam Survei Center Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan PDI Perjuangan memiliki elektabilitas paling tinggi dibandingkan dengan lainnya, yakni 31,7 persen. Sementara elektabilitas PAN merosot lantaran tidak memiliki sosok pemimpin.
Direktur Eksekutif CPCS, Tri Okta mengatakan, tingginya elektabilitas PDIP tak dipungkiri merupakan imbas dari kemenangan Joko Widodo (Jokowi) dua kali berturut-turut.
Adapun untuk posisi papan atas selanjutnya masing-masing Partai Gerindra 14,5 persen dan Partai Golkar 8,9 persen. Ketiga partai ini bertengger di papan atas karena mendominasi percaturan politik Tanah Air.
Selain itu, lanjut Okta, ketiga partai tersebut menjadi penentu kebijakan di legislatif maupun eksekutif, dengan PDIP sebagai inti dari segitiga kekuatan dominan tersebut.
Sedangkan untuk papan tengah, kata Okta, masing-masing PKS 6,7 persen, PKB 5,9 persen, Demokrat 4,6 persen, dan PPP 3,1 persen.
“PKS menjadi partai Islam paling unggul, jika dilihat meningkatnya partisipasi dari Pileg 2014 ke 2019 tampaknya PKS berhasil merebut suara golput dari pemilih Islam,” ujarnya.
Parpol yang menghuni papan bawah yakni NasDem 2,9 persen. Angka ini turun drastis dari perolehan suara pada Pileg 2019. Kemudian PSI naik ke angka 2,8 persen. PAN 1,6 persen, Hanura 0,9 persen, Perindo 0,7 persen, Berkarya 0,6 persen, Garuda 0,4 persen, PBB 0,3 persen, dan PKPI 0,1 persen.
“Selain PAN, partai-partai tersebut pada Pileg 2019 lalu gagal mengirim wakil ke Senayan, dan diperkirakan akan kembali menjadi partai gurem,” tutur Okta.