ALTI optimistis bisa menggelar “trail running” di tengah Pandemi COVID-19

admin

Mataram (ANTARA) – Asosiasi Lari Trail Indonesia (ALTI) menanamkan sikap optimistis kepada seluruh pengurus cabang provinsi untuk bisa menggelar “trail running” (lari dengan medan pegunungan) di tengah Pandemi COVID-19.

Pengurus ALTI Pusat melalui siaran pers yang diterima di Mataram, Selasa, menyampaikan, walaupun pandemi masih belum reda, “trail running” masih bisa terselenggara dengan menerapkan metode hibrida (daring dan luring), namun tetap dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Seperti yang disampaikan Agung Adidjana, Pengurus Provinsi ALTI Jawa Barat mengatakan, pada tahun 2020-2021 sejumlah kegaiatan “trail running” ditempatnya terkena dampak pandemi hingga menyebabkan adanya penundaan dan penyelenggaraannya terlaksana secara hibrida.

Sejumlah “race trail” yang terselenggara di kawasan Jawa Barat antara lain Tahura Trail Run, Javan Hawk Eagle Trail, Sentul Trail Midnight dan Manglayang Trail Run.

Event berlangsung secara daring (dalam jaringan) atau online dan luring (luar jaringan) atau offline yang melibatkan sejumlah pelari dengan jumlah terbatas.

Pelaksanaan secara offline pun menerapkan dengan ketat protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.

“Kami pun sangat mengapresasi penyelenggaraan di daerah. Keterbatasan akibat pandemi, tidak mengurangi semangat kami untuk melaksanakan kegiatan,” kata Agung.

Begitu juga yang disampaikan Rustian, Pengurus Provinsi ALTI Yogyakarta. Dia mengakui, pandemi menjadi kendala utama penyelenggaran karena kegiatan olahraga ini menyangkut perizinan.

Namun pada tahun lalu, sejumlah kegiatan seperti Coast to Coast, Sangiran hingag Sleman Temple Run terlaksana dengan baik.

“Untuk lebih memasyarakatkan ‘trail running’ kami juga membuat kegiatan ‘mini trail’ di sejumlah kabupatan,” ujar Rustian.

Hendrikus Mutter, penyelenggara sejumlah ajang “race trail”, termasuk diantaranya Mandalika 100, mengakui bahwa prosedur perizinan masih belum pasti, karena berkaitan dengan status pandemi yang entah kapan akan berakhir.

“Bahkan Rinjani 100 sampai mundur tiga kali. Tahun depan Bromo Tengger Semeru (BTS) juga mungkin terkait dengan situasi meletusnya Gunung Semeru, perizinan juga masih menjadi pertanyaan,” ucap Hendrikus.

Penyelenggara lomba “lari trail” Nanang Handoko menambahkan, walaupun kegiatan Sentul Ultra Trail pada tahun 2020 mendapatkan izin tetapi tetap harus memenuhi persyaratan.

Persyaratan itu antara lain, panitia dan pelari dibatasi hanya untuk 150 orang peserta. Lintasan “trail running” juga tidak boleh melewati komunitas seperti perkampungan atau desa.

“Akhirnya kita mencari rute seperti itu, langsung masuk hutan,” kata Nanang.

Sementara Sianti dari The Running Club (TRC) mengatakan, tidak adanya kegiatan terselenggara selama pandemi. Namun pihaknya tetap membuat kegiatan yang tujuannya menjaga semangat untuk berlari.

Selama tahun 2021, jelasnya, TRC telah tiga kali menggelar kegiatan “trail running” secara terbatas, yakni Ultra Trail Cisadon Loop dengan mengundang pelari Indonesia; Ultra Trail Everesting Paniisan; dan Ultra Trail Gunung Kencana.

“Kami ingin ada standar lari trail di Indonesia, itu seperti apa,” katanya.

Dia pun mengakui bahwa karena pandemi, banyak kegiatan lari yang terbentur dengan perizinan. Namun pada tahun 2022, ada rencana mereka untuk menyelenggarakan loop Cisadon, Ultra Trail Everesting Paniisisan serta Ultra Trail Mount Kencana.

“Peserta terbatas 50-an peserta saja. Event untuk memotivasi pelari trail serta mendapat pengalaman lari trail,” ujar Sianti.

Tags

Related Post

Leave a Comment

Ads - Before Footer